Senin, April 14, 2008

Review UEFA Cup

Para pengamat sepak bola sering menempatkan UEFA Cup sebagai kompetisi kasta kedua dalam seluruh sistem kompetisi antar klub yang diadakan oleh UEFA sebagai lembaga sepakbola tertinggi di Eropa. Bagi saya tidak selalu begitu. Bagi saya, pertandingan UEFA Cup bisa jadi sama menariknya dengan Liga Champion karena juga melibatkan tim-tim papan atas seluruh liga yang ada di Eropa. Tidak jarang kita menemukan tim-tim langganan juara liga domestik Eropa berlaga di sini. Pada tahun-tahun sebelum ini, ketika efek kapitalisme industri sepak bola belum menyentuh Indonesia sekuat sekarang. Salah satu TV swasta di negeri ini sering turut menyiarkan pertandingan-pertandingan UEFA Cup. Pada masa-masa indah itu, saya termasuk orang yang suka begadang hanya untuk menyaksikan sepak bola. Tapi sekarang semua berubah, kapitalisme industri sepak bola telah membuat dua stasiun televisi seperti RCTI dan Trans7 tidak lagi mampu bersaing untuk memperebutkan hak siar Liga Inggris kesayangan saya. Semusim ini saya lalui hari-hari tanpa satu-satunya media refreshing seminggu sekali bagi saya. Tahun ini saya alihkan mdia refreshing itu dengan melihat film-film kartun (anime) yang sudah kadaluwarsa dan diulang-ulang seperti One Piece, Avatar atau sesekali nonton bioskop kalau pas ada film kungfu mandarin. (Wah... ngomongnya jadi nglantur begini. Maaf jadi numpahin uneg-uneg disini).
Kembali ke UEFA Cup. Kemarin kompetisi kasta kedua ini tekah meyelesaikan babak yang sama dengan Liga Champion yaitu perempat final. Sebenarnya jika kita melihat komposisi kontestan perempat final ini seharusnya UEFA Cup juga dapat menyuguhkan tontonan yang menarik. Lihat saja klub-klub seperti Bayern Munchen-Jerman, PSV Eindhoven-Belanda, Fiorentina-Italia, Glasgow Rangers-Skotlandia turut ambil bagian dalam ajang ini. Belum lagi tim-tim yang lagi naik daun seperti Getafe-Spanyol, Sporting Lisbon-Portugal, Bayer Leverkusen-Jerman dan Zenit St Petersburg-Rusia merupakan tim-tim yang tidak dapat dianggap remeh. Berikut ini sedikit ulasan hasil-hasil pertandingan tersebut.

0 Zenit St Petersburg vs Bayer Leverkusen 1
Pada pertandingan ini ini Bayer Leverkusen yang bertindak sebagai tamu justru bermain lebih atraktif dan berkali-kali mengancam gawang tuan rumah. Dmitri Bulykin mencetak gol ketika pertandingan masih berjalan 18 menit. setelah itu Bayer Leverkusen terus menyerang tapi tidak ada gol tambahan. Leverkusen memang harus menyerang total untuk mengejar defisit gol karena kekalahan mereka di kandang pada pertandingan pertama dengan skor 4-1. Namun, apa yang terlihat di lapangan tidak selalu sejalan dengan hasil pertandingan. Meski St Petersburg kalah 0-1, tapi ini tidak membantu Leverkusen untuk lolos babak 4 besar karena dengan hasil agregat 4-2, St Petersburg berhak lolos ke babak semifinal melawan Bayern Munchen yang lolos secara dramastis dengan kemenangan gol away. Dick Advocaat sebagai pelatih Petersburg sangat senang, karena mereka telah membuat sejarah baru karena untuk pertama kalinya lolos ke babak semifinal Piala UEFA.

0 PSV Eindhoven vs Fiorentina 2
PSV Eindhoven harus mengakui keperkasaan Fiorentina. Meski bermain di kandang sendiri, mereka tetap dipaksa menyerah dengan skor meyakinkan 0-2. Kedua gol Fiorentina dicetak oleh mantan pemain Chelsea Adrian Mutu pada menit ke-38 dan ke-53. Padahal pada laga ini PSV lebih diunggulkan karena pada laga pertama (first leg) mereka mampu menahan imbang Fiorentina 1-1 dikandang lawan. Tapi tadi malam Fiorentina bermain kesetanan dengan terus mengejar bola tanpa lelah sehingga mampu membalikkan keadaan dengan kemenangan yang meyakinkan tersebut. Bahkan kiper Sebastian Frey berhasil menggagalkan tendangan penalti Timmy Simmons yang diberikan wasit pada menit ke-81 karena Lazovic dijatuhkan oleh Ujfalusi di kotak terlarang. Di semifinal Fiorentina akan menghadapi Glasgow Rangers dari Portugal.

0 Sporting Lisbon vs Glasgow Rangers 2
Sebagaimana Fiorentina, Glagow Rangers sebenarnya tidak diunggulkan dalam laga kedua melawan Sporting Lisbon. Ini terjadi dikarenakan mereka hanya bermain imbang tanpa gol di kandang sendiri. Namun demikian justru hasil pertandingan membalikkan seluruh prediksi para pengamat bola. Mereka menang 2-0 di kandang Sporting Lisbon. Rasa percaya diri yang berlebihan telah menghancurkan tuan rumah. Gol-gol Rangers dicetak oleh Jean-Claude Darcheville pada menit ke-60 dan Steven Whittaker pada menit ke-91 (injury time). Dengan kemenangan ini Rangers mencetak sejarah untuk pertama kalinya lolos babak semifinal.

3 Getafe vs Bayern Munchen 3
Pada laga ini, Bayern Munchen lolos ke babak semifinal secara dramastis. Mereka lolos karena keuntungan gol away. Sebenarnya Munchen hampir saja gagal lolos ke semifinal karena sampai waktu perpanjangan waktu tinggal 5 menit Getafe masih unggul 3-2. Tepat pada menit terakhir, Luca oni berhasil mengoyak gawang Getafe yang dikawal oleh kiper Timnas Argentina Abbondanzieri setelah menerima umpan silang dari Jose Ernesto Sosa. "Pemain telah berjuang keras, tetapi peraturan agresifitas gol membuat kami menangis", kata pelatih Getafe, Laudrup. Munchen lolos ke semifinal dan akan berhadapan dengan Zenit St Petersburg. Munchen lolos dengan agregat 4-4 setelah di laga pertama berhasil menahan imbang Getafe 1-1 di Allianz Arena.
Sebenarnya Getafe unggul lebih dulu sebelum Frank Ribery menyamakan kedudukan pada menit ke-89 meski Getafe harus bermain dengan sepuluh orang sejak menit ke-7 setelahRuben de la Red dikartu merah wasit karena menjatuhkan Mirislav Klose saat ia memiliki kesempatan mencetak gol. Kalah dalam jumlah pemain tidak berarti permainan Getafe menjadi menurun. Mereka terus bermain all out. Termasuk ketika memasuki masa perpanjangan waktu.
Baru satu menit memasuki masa perpanjangan waktu, Getafe mencetak gol kedua dalam laga ini melalui Fransisco Casquero. Bahkan dua menit kemudian Getafe kembali mencetak gol sehingga mereka leading 3-1 melalui Nobrega Braulio. Tapi bermain selama 120 menit dengan pemain hanya 10 orang bukanlah hal yang mudah. Stamina dan konsentrasi terus menurun menuju titik terendah ketika pertandingan mendekati usai. Hal ini dimanfaatkan Munchen yang memiliki mental juara. Usaha Munchen membuahkan hasil pada menit ke-115 melalui tendangan bebas Mark van Bommel, sebelum akhirnya Luca Toni menuntaskan perjuangan mereka menuju semifinal. Pertandingan yang menarik dan melelahkan.

Tidak ada komentar: