Rasanya ga adil deh kalau kemarin saat Chelsea main, pagi udah diposting reviewnya, ngalahkan review koran-koran pagi, tapi masak pas MU tidak. Untuk memenuhi unsur keadilan berikut ini juga aku review hasil pandangan mata di televisi butut yang sama. Kali ini, di babak kedua aku nonton ditemani adikku yang baru pulang ga tahu abis ngelayap kemana. Biasanya sih nongkrong di warung kopi depan rumah. Lumayan ada temannya. Ga kayak kemarin, nonton sendirian, sesekali ditemani kecoa lewat.
Sebenarnya aku mengharapkan lebih dari apa yang kusaksikan kemarin. Maklum kedua tim ini adalah icon sepak bola menyerang di Eropa, bahkan mereka masih termasuk sedikitnya tim-tim Eropa yang masih menerapkan sepakbola positif nan indah. tapi pertandingan dini hari tadi masih jauh lebih bisa dinikmati daripada pertandingan semifinal sebelumnya.
Pertandingan masih berjalan kurang dari 5 menit ketika MU dapat hadiah tendangan penalti, saat itu aku sudah berpikir kalau MU bakal leading dan mendominasi pertandingan. Ternyata di luar dugaan dan di luar kebiasaan, Christiano Ronaldo yang hampir tidak pernah gagal mengeksekusi penalti tendangannya hanya membentur mistar gawang. Mungkin tekanan yang terlalu berat, atau sebaliknya, terlalu meremehkan.
Kegagalan tendangan penalti Ronaldo memberikan efek positif pada punggawa Barca. Mereka balik mendominasi pertandingan. Relatif pada babak pertama MU hanya dikurung setengah lapangan oleh Barcelona. MU hanya bisa menyerang sesekali yang langsung dibalas dengan serangan balik yang sangat cepat dari Barcelona, yang membuat MU harus terus meniggalkan barisan pertahanan di belakang tanpa mampu overlap ke depan membantu serangan.
Beberapa kali gocekan Lionel Messi memberikan harapan untuk terjadinya gol. Tapi ini yang paling bikin aku jengkel. Walaupun posisiku netral, tidak memihak Barca atau MU, tapi melihat 3-5 pemain depan Barca yang hanya mengopar-oper bola saja tanpa ada upaya menembak ke gawang, menurutku menjengkelkan. Aku baru ngerti, sepak bola indah seringkali tidak efektif. Coba kalau posisinya terbalik, MU (atau tim Inggris lainnya) yang berada di dekat kotak penalti lawan, asal ada kesempatan nendang ke arah gawang akan dilakukan. Meski statistik ball position 65%-35% untuk Barcelona, tapi tidak cukup banyak peluang gol yang tercipta. Yang ada hanya ketegangan yang menjengkelkan.
Babak kedua lebih menjengkelkan lagi karena lebih monoton dari babak pertama. Meski Barcelona tetap menguasai bola jauh lebih banyak dari MU yang sering kehilangan bola, mereka tidak belajar dari pengalaman 45 menit babak pertama. Strategi Rijkaard tetap sama. Berputar-putar di dekat kotak penalti lawan, seperti burung elang yang mengintai anak itik tapi ga berani turun. Meski aksi individu Messi dan Yaya Toure cukup menarik, tapi tetap saja gol tidak tercipta.
Baru pada menit ke-85 Henry masuk. Hanya selang waktu 6 menit kehadirannya Henry melakukan tendangan akurat keras dari luar kotak penalti sebanyak 2 kali. Van der Sar harus bersusah payah menghalau bola Henry. Yang seperti ini baru aku suka. Cara ini juga diikuti beberapa kali oleh Iniesta, tapi akurasinya kalah dengan Henry. Aku juga heran kenapa Rijkaard tidak memasukkan Henry lebih awal padahal pengalamannya selama membela Arsenal dan telah menjebol 9x gawang MU akan banyak membantu. Bahkan saya optimis jika Henry main sebagai starter, ia akan mencetak gol. MU bukan mainan baru bagi dia.
Yahhhh... begadang semalaman hasilnya hanya 0-0. Pagi tadi pas ditanya teman-teman hasil pertandingan aku jawab,"kakean goreng akibate gosong-gosong". Yang maknanya adalah terlalu banyak giringan jadi 0-0. Kalau melihat hasil leg pertama ini, kayaknya peluang yang lebih besar ketemu di final tentu saja CHELSEA vs MANCHESTER UNITED. Bravoo Liga Inggris. Moga musim depan ada televisi swasta yang menayangkan gratisan. Ribet kalau harus nongkrong ke rumah teman yang langganan Astro..
Sebenarnya aku mengharapkan lebih dari apa yang kusaksikan kemarin. Maklum kedua tim ini adalah icon sepak bola menyerang di Eropa, bahkan mereka masih termasuk sedikitnya tim-tim Eropa yang masih menerapkan sepakbola positif nan indah. tapi pertandingan dini hari tadi masih jauh lebih bisa dinikmati daripada pertandingan semifinal sebelumnya.
Pertandingan masih berjalan kurang dari 5 menit ketika MU dapat hadiah tendangan penalti, saat itu aku sudah berpikir kalau MU bakal leading dan mendominasi pertandingan. Ternyata di luar dugaan dan di luar kebiasaan, Christiano Ronaldo yang hampir tidak pernah gagal mengeksekusi penalti tendangannya hanya membentur mistar gawang. Mungkin tekanan yang terlalu berat, atau sebaliknya, terlalu meremehkan.
Kegagalan tendangan penalti Ronaldo memberikan efek positif pada punggawa Barca. Mereka balik mendominasi pertandingan. Relatif pada babak pertama MU hanya dikurung setengah lapangan oleh Barcelona. MU hanya bisa menyerang sesekali yang langsung dibalas dengan serangan balik yang sangat cepat dari Barcelona, yang membuat MU harus terus meniggalkan barisan pertahanan di belakang tanpa mampu overlap ke depan membantu serangan.
Beberapa kali gocekan Lionel Messi memberikan harapan untuk terjadinya gol. Tapi ini yang paling bikin aku jengkel. Walaupun posisiku netral, tidak memihak Barca atau MU, tapi melihat 3-5 pemain depan Barca yang hanya mengopar-oper bola saja tanpa ada upaya menembak ke gawang, menurutku menjengkelkan. Aku baru ngerti, sepak bola indah seringkali tidak efektif. Coba kalau posisinya terbalik, MU (atau tim Inggris lainnya) yang berada di dekat kotak penalti lawan, asal ada kesempatan nendang ke arah gawang akan dilakukan. Meski statistik ball position 65%-35% untuk Barcelona, tapi tidak cukup banyak peluang gol yang tercipta. Yang ada hanya ketegangan yang menjengkelkan.
Babak kedua lebih menjengkelkan lagi karena lebih monoton dari babak pertama. Meski Barcelona tetap menguasai bola jauh lebih banyak dari MU yang sering kehilangan bola, mereka tidak belajar dari pengalaman 45 menit babak pertama. Strategi Rijkaard tetap sama. Berputar-putar di dekat kotak penalti lawan, seperti burung elang yang mengintai anak itik tapi ga berani turun. Meski aksi individu Messi dan Yaya Toure cukup menarik, tapi tetap saja gol tidak tercipta.
Baru pada menit ke-85 Henry masuk. Hanya selang waktu 6 menit kehadirannya Henry melakukan tendangan akurat keras dari luar kotak penalti sebanyak 2 kali. Van der Sar harus bersusah payah menghalau bola Henry. Yang seperti ini baru aku suka. Cara ini juga diikuti beberapa kali oleh Iniesta, tapi akurasinya kalah dengan Henry. Aku juga heran kenapa Rijkaard tidak memasukkan Henry lebih awal padahal pengalamannya selama membela Arsenal dan telah menjebol 9x gawang MU akan banyak membantu. Bahkan saya optimis jika Henry main sebagai starter, ia akan mencetak gol. MU bukan mainan baru bagi dia.
Yahhhh... begadang semalaman hasilnya hanya 0-0. Pagi tadi pas ditanya teman-teman hasil pertandingan aku jawab,"kakean goreng akibate gosong-gosong". Yang maknanya adalah terlalu banyak giringan jadi 0-0. Kalau melihat hasil leg pertama ini, kayaknya peluang yang lebih besar ketemu di final tentu saja CHELSEA vs MANCHESTER UNITED. Bravoo Liga Inggris. Moga musim depan ada televisi swasta yang menayangkan gratisan. Ribet kalau harus nongkrong ke rumah teman yang langganan Astro..
4 komentar:
rumahnya banyak kecoaknya yach?ha..ha.. atu atuuuutttt...
Hello a friend.There is blog very beautiful.The my these:
winamp
Malatya
Darende
Makasih ya sudah mampir ke blogku. SBnya nggak bisa kebuka nih (server kami lelet kali), jadi ninggalin pesen di sini aja deh. Happy week end ya!
@Kristina: cuma satu kok, cuma ya gitu, suka jalan-jalan tapi ga pernah nyapa
@Deneme : Thanks
@Ani : makasih telah bersusah payah meninggalkan pesan
Posting Komentar