Hasil pertandingan final Piala Kemerdekaan 2008 menyatakan Indonesia A sebagai Juara Piala Kemerdekaan. Hal ini terjadi dikarenakan Libya melakukan Walk Out (WO) setelah pelatih Libya pelatih Gamal Adeen M Abu Nowara dipukul oleh salah satu official timnas Indonesia. Libya dinyatakan kalah 0-3 dikarenakan aksi WO ini. Menurut pelatih Libya, keputusan WO ini diambil oleh LFF, Federasi Sepak Bola Libya sebagai reaksi pemukulan terhadap dirinya. Ia menegaskan ini bukan keputusannya.
Para pemain dan official timnas senior Indonesia bersuka cita atas gelar yang tidak membanggakan ini. Seakan pertandingan berjalan secara normal dan mereka meraih kemenangan secara normal pula. Padahal sebelum aksi WO ini Indonesia sedang tertinggal 0-1 akibat gol oleh Abdalla Mohamed di menit 14, memaksimalkan kesalahan kiper Markus Horison yang gagal mengamankan bola crossing yang lewat di depan gawangnya. Ada banyak keputusan wasit Shahabuddin Moh Hamiddin dari Brunei Darussalam yang terlalu memihak tuan rumah. Seperti ketika Budi Sudarsono tertangkap basah kamera menyikut Abdalla di kotak terlarang, atau Isnan Ali yang melanggar keras bek Libya hingga terkapar, wasit tidak memberikan hadiah penalti atau kartu kepada pemain Indonesia. Kayaknya kekerasan masih belum bisa dipisahkan dari dunia sepak bola Indonesia. Sebuah semangat '45 yang salah tempat. Saya masih bingung, apakah harus mengucapkan selamat atau malah prihatin, bagaimana dengan anda?
Para pemain dan official timnas senior Indonesia bersuka cita atas gelar yang tidak membanggakan ini. Seakan pertandingan berjalan secara normal dan mereka meraih kemenangan secara normal pula. Padahal sebelum aksi WO ini Indonesia sedang tertinggal 0-1 akibat gol oleh Abdalla Mohamed di menit 14, memaksimalkan kesalahan kiper Markus Horison yang gagal mengamankan bola crossing yang lewat di depan gawangnya. Ada banyak keputusan wasit Shahabuddin Moh Hamiddin dari Brunei Darussalam yang terlalu memihak tuan rumah. Seperti ketika Budi Sudarsono tertangkap basah kamera menyikut Abdalla di kotak terlarang, atau Isnan Ali yang melanggar keras bek Libya hingga terkapar, wasit tidak memberikan hadiah penalti atau kartu kepada pemain Indonesia. Kayaknya kekerasan masih belum bisa dipisahkan dari dunia sepak bola Indonesia. Sebuah semangat '45 yang salah tempat. Saya masih bingung, apakah harus mengucapkan selamat atau malah prihatin, bagaimana dengan anda?
4 komentar:
uuuuh.. sebel banget sama kejadian ini..
kan harusnya Indonesia fair! harusnya kemenangan Indonesia bisa jadi kado Kemerdekaan yang membanggakan!
bener-bener ga bisa berubah niy sepakbola Indonesia.. kecewa deh! :(
sayang kemenangan INDOnesia tidak melalui perjuangan yang hebat
ironis... piala kemerdekaan harusnya menghormati tamu2 yang sudah datang mau bertanding demi tuk ikut memeriahkan HUT negri tercinta Indonesia, tapi.... ahhhh.. Timnas mesti sering mampir ke "pelitamalam" kali yah...
i like indonesia a lot. i wanted to visit that place once in a year. i am from india
Posting Komentar